Jumat, 27 Desember 2013

Penyakit Flu Burung



PENYAKIT MENULAR
(ETIOLOGI, PENULARAN, DIAGNOSIS, PENCEGAHAN, PENANGGULANGAN, GAMBARAN EPIDEMIOLOGI)



PENYAKIT FLU BURUNG
Flu burung (bahasa Inggris: avian influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan mamalia.
a.         Etiologi
Penyakit flu burung disebabkan oleh virus influenza. Namun, virus influenza di sini bukanlah virus influenza biasa. Flu burung disebabkan oleh virus influenza tipe A yang termasuk famili Orthomyxomiridae. Ada beberapa tipe virus influenza, antara lain tipe A, B, dan C. Virus influenza tipe A ditemukan pada unggas, sedangkan tipe B dan C ditemukan pada manusia. Meski demikian, virus tipe A juga dapat menginfeksi berbagai jenis makhluk hidup lain, seperti manusia, kuda, babi, anjing laut, dan ikan paus. Virus influenza tipe A dapat dibagi lagi menjadi beberapa subtipe. Pembagian tersebut dilakukan berdasarkan keberadaan dua jenis protein pada permukaan tubuhnya, yakni Hemaglutinin (HA) dan Neuroaminidase (NA). Kedua huruf inilah yang digunakan sebagai kode identifikasi subtipe virus. Sebagai contohnya, virus H1N2 adalah virus influenza tipe A yang mempunyai jenis protein HA1 dan NA2.
b.        Cara Penularan
Sumber penularan virus AI adalah unggas, misalnya ayam, burung dan itik. Kuda dan babi juga dapat menjadi sumber infeksi AI karena hewan-hewan tersebut merupakan hospes reservoir. Penularan virus terjadi melalui udara yang mengandung bahan infektif dalam bentuk titik ludah (droplet) pada waktu penderita batuk atau bersin-bersin.
c.         Diagnosis
Diagnosa penyakit flu burung bila ditemukan adanya indikasi leukopenia dibawah nilai normal:
1)        Adanya titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HI menggunakan erytrocyte kuda atau uji elisa untuk influenza A tanpa subtipe.
2)        Rekam foto thorax menggambarkan pneumonia yang cepat memburuk pada serial foto rontgen.
3)        Dalam 7 (tujuh) hari sebelum terlihat gejala diatas, terindikasi pasien pernah:
a)        Terpajan (memegang, menyembelih, mencabuti bulu, memotong, mempersiapkan untuk di konsumsi) dengan unggas (ayam, itik, entok, burung liar, bangkai unggas, pupuk kandang atau terhadap lingkungan yang tercemar oleh kotoran unggas, di dalam lokasi/kawasan dimana infeksi H5N1 pada unggas/hewan atau manusia telah dicurigai atau dikonfirmasi dalam masa 1 (satu) bulan terakhir.
b)        Kontak erat dalam jarak 1 (satu) meter, seperti merawat, berbicara, bersentuhan dengan pasien suspek, probabel atau penderita kasus H5N1 yang sudah ter-konfirmasi laboratorik.
d.        Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
1)        Primer
Pencegahan primer adalah pencegahan yang dilakukan pada orang-orang yang berisiko terjangkit flu burung, dapat dilakukan dengan cara:
a)        Melakukan promosi kesehatan (promkes) terhadap masyarakat luas, terutama mereka yang berisiko terjangkit flu burung seperti peternak unggas.
b)        Melakukan biosekuriti yaitu upaya untuk menghindari terjadinya kontak antara hewan dengan mikroorganisme yang dalam hal ini adalah virus flu burung.
c)        Melakukan vaksinasi terhadap hewan ternak untuk meningkatkan kekebalannya. Vaksinasi dilakukan dengan menggunakan HPAI (H5H2)  inaktif dan vaksin rekombinan cacar ayam atau fowlpox dengan  memasukan gen virus avian influenza H5 ke dalam virus cacar.
d)       Menjauhkan kandang ternak unggas dengan tempat tinggal.
e)        Menggunakan alat pelindung diri seperti masker, topi, baju lengan panjang, celana panjang dan sepatu boot saat memasuki kawasan peternakan.
f)         Memasak dengan matang daging sebelum dikonsumsi. Hal ini bertujuan untuk membunuh virus yang terdapat dalam daging ayam, karena dari hasil penelitian virus flu burung mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit.
g)        Melakukan pemusnahan hewan secara massal pada peternakan yang positif ditemukan virus flu burung pada ternak dalam jumlah yang banyak.
h)        Melakukan karantina terhadap orang-orang yang dicurigai maupun sedang positif terjangkit flu burung.
i)          Melakukan surveilans dan monitoring yang bertujuan untuk mengumpulkan laporan mengenai morbilitas dan mortalitas, laporan penyidikan lapangan, isolasi dan identifikasi agen infeksi oleh laboratorium, efektifitas vaksinasi dalam populasi, serta data lain yang gayut untuk kajian epidemiologi.
2)        Sekunder
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan dengan tujuan untuk mencegah dan menghambat timbulnya penyakit dengan deteksi dini dan pengobatan tepat. Dengan melakukan deteksi dini maka penanggulangan penyakit dapat diberikan lebih awal sehingga mencegah komplikasi, menghambat perjalanannya, serta membatasi ketidakmampuan yang dapat terjadi. Pencegahan ini dapat dilakukan pada fase presimptomatis dan fase klinis. Pada flu burung pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan screening yaitu upaya untuk menemukan penyakit secara aktif pada orang yang belum menunjukkan gejala klinis. Screening terhadap flu burung misalnya dilakukan pada bandara dengan memasang alat detektor panas tubuh sehingga orang yang dicurigai terjangkit flu burung bias segera diobati dan dikarantina sehingga tidak menular pada orang lain.
3)        Tersier
Pencegahan tersier adalah segala usaha yang dilakukan untuk membatasi ketidakmampuan. Pada flu burung upaya pencegahan tersier yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengobatan intensif dan rehabilitasi.
Pengobatan penderita flu burung disarankan sebagai berikut:
a)        Oksigenasi jika terjadi sesak nafas.
b)        Pemberian cairan parental jika terjadi dehidrasi
c)        Pemberian obat antivirus oseltamivir 75mg dosis tunggal selama 7 hari
d)       Penderita mendapat terapi suportif: nutrisi dengan gizi cukup baik sehingga daya tahan tubuh meningkat.
Upaya penanggulangan bagi penderita flu burung:
a)        Oksigenasi bila terdapat sesak nafas.
b)        Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus)
c)        Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.
d)       Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.
e.         Gambaran Epidemiologi
1)        Distribusi
a)      Menurut Orang
Flu burung merupakan penyakit yang menyerang manusia dan hewan. Adapun orang yang mempunyai risiko  besar untuk terserang flu burung (H5N1) ini adalah pekerja peternakan, penjual, dan penjamah unggas.
b)      Menurut Waktu
Flu burung yang berbahaya dapat berjangkit sepanjang tahun, lebih-lebih pada musim dingin dan musim semi.
c)      Menurut Tempat
Tempat-tempat yang berisiko terpapar virus H5N1 adalah tempat-tempat peternakan dan kebun binatang.
2)        Frekuensi
Penyakit flu burung merupakan penyakit menular yang disebabkan virus influenza yang dapat menyerang manusia dan hewan. Pada manusia penyakit ini dapat menyerang pada semua umur, baik anak-anak,remaja dan orang tua. Sedangkan pada hewan dapat menyerang unggas. Kasus penyakit ini meningkat cepat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 tercatat terdapat 4 kasus, kemudian berkembang menjadi 46 kasus (2004), 97 kasus (2005), 116 kasus (2006), dan pada tahun 2007 pertanggal 15 juni sudah dilaporkan terjadi 50 kasus dengan angka kematian 60%. Negara yang terjangkit sebagian besar adalah negara-negara di asia (thailand, vietnam, kamboja, china, dan indonesia), tetapi saat ini telah menyebar ke irak dan turki.
3)      Determinan
a)      Host
Host sendiri merupakan adalah organisme tempat hidup agent tertentu yang dalam suatu keadaan menimbulkan penyakit pada organisme tersebut. Jika membicarakan masalah penyakit flu burung pada manusia maka host yang dimaksud adalah manusia. Faktor intristik pada flu burung diantaranya kekebalan tubuh (imunitas) dan pola pikir seseorang. Flu burung sebenarnya tidak mudah menular dari hewan yang telah terinfeksi, namun jalan untuk penularan itu akan semakin mudah apabila seseorang itu berada dalam kondisi yang lemah dan tidak memiliki system imun yang baik, begitu pula dengan pola pikir orang yang masih tidak percaya dan terkesan meremehkan bahaya penyakit ini.
b)      Agent
Virus penyebab flu burung tergolong family orthomyxoviridae. Virus terdiri atas 3 tipe antigenik yang berbeda, yaitu A, B, dan C. Virus influenza A bisa terdapat pada unggas, manusia, babi, kuda, dan kadang-kadang mamalia yang lain, misalnya cerpelai, anjing laut, dan ikan paus. Namun, sebenarnya horpes alamiahnya adalah unggas liar. Sebaliknya, virus influenza B dan C hanya ditemukan pada manusia. Penyakit flu burung yang disebut pula avian influenza disebabkan oleh virus influenza A. Virus ini merupakan virus RNA dan mempunyai aktivitas haemaglutinin (HA) dan neurominidase (NA).
c)      Environment
Faktor lingkungan ini dibagi menjadi tiga:
-            Lingkungan Biologis. Faktor lingkungan biologis pada penyakit flu burung yaitu agent. Agent merupakan sesuatu yang merupakan sumber terjadinya penyakit yang dalam hal ini adalah virus aviant influenza (H5N1). Sifat virus ini adalah mampu menular melalui udara dan mudah bermutasi. Daerah yang diserang oleh virus ini adalah organ pernafasan dalam, hal itulah yang membuat angka kematian akibat penyakit ini sangat tinggi.
-            Lingkungan Fisik. Pada suhu lingkungan yang tidak optimal baik suhu yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah akan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh seseorang pada saat itu sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap mudah tidaknya virus menjangkiti seseorang. Faktor musim pada penyakit flu burung terjadi karena adanya faktor kebiasaan burung untuk bermigrasi ke daerah yang lebih hangat pada saat musim dingin. Faktor tempat tinggal pada penyakit flu burung misalnya apakah tempat tinggal seseorang dekat dengan peternakan unggas atau tidak.
-            Lingkungan sosial. Faktor lingkungan sosial meliputi kebiasaan sosial, norma serta hukum yang membuat seseorang berisiko untuk tertular penyakit. Misalnya kebiasaan masyarakat Bali yang menggunakan daging mentah yang belum dimasak terlebih dahulu untuk dijadikan sebagai makanan tradisional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar