PENYAKIT
MENULAR
(ETIOLOGI,
PENULARAN, DIAGNOSIS, PENCEGAHAN, PENANGGULANGAN, GAMBARAN EPIDEMIOLOGI)
PENYAKIT FLU BURUNG
Flu burung (bahasa Inggris: avian influenza)
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang
biasanya menjangkiti burung dan mamalia.
a.
Etiologi
Penyakit flu burung disebabkan oleh
virus influenza. Namun, virus influenza di sini bukanlah virus influenza biasa.
Flu burung disebabkan oleh virus influenza tipe A yang termasuk famili Orthomyxomiridae.
Ada beberapa tipe virus influenza, antara lain tipe A, B, dan C. Virus
influenza tipe A ditemukan pada unggas, sedangkan tipe B dan C ditemukan pada
manusia. Meski demikian, virus tipe A juga dapat menginfeksi berbagai jenis
makhluk hidup lain, seperti manusia, kuda, babi, anjing laut, dan ikan paus.
Virus influenza tipe A dapat dibagi lagi menjadi beberapa subtipe. Pembagian
tersebut dilakukan berdasarkan keberadaan dua jenis protein pada permukaan
tubuhnya, yakni Hemaglutinin (HA) dan Neuroaminidase (NA). Kedua
huruf inilah yang digunakan sebagai kode identifikasi subtipe virus. Sebagai
contohnya, virus H1N2 adalah virus influenza tipe A yang mempunyai jenis
protein HA1 dan NA2.
b.
Cara
Penularan
Sumber penularan virus AI adalah unggas, misalnya ayam, burung dan itik.
Kuda dan babi juga dapat menjadi sumber infeksi AI karena hewan-hewan tersebut
merupakan hospes reservoir. Penularan virus terjadi melalui udara yang
mengandung bahan infektif dalam bentuk titik ludah (droplet) pada waktu
penderita batuk atau bersin-bersin.
c.
Diagnosis
Diagnosa penyakit flu burung bila
ditemukan adanya indikasi leukopenia dibawah nilai normal:
1)
Adanya titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan
uji HI menggunakan erytrocyte kuda atau uji elisa untuk influenza A tanpa
subtipe.
2)
Rekam foto thorax menggambarkan pneumonia yang cepat
memburuk pada serial foto rontgen.
3)
Dalam 7 (tujuh) hari sebelum terlihat gejala diatas,
terindikasi pasien pernah:
a)
Terpajan (memegang, menyembelih, mencabuti bulu,
memotong, mempersiapkan untuk di konsumsi) dengan unggas (ayam, itik, entok,
burung liar, bangkai unggas, pupuk kandang atau terhadap lingkungan yang
tercemar oleh kotoran unggas, di dalam lokasi/kawasan dimana infeksi H5N1 pada
unggas/hewan atau manusia telah dicurigai atau dikonfirmasi dalam masa 1 (satu)
bulan terakhir.
b)
Kontak erat dalam jarak 1 (satu) meter, seperti
merawat, berbicara, bersentuhan dengan pasien suspek, probabel atau penderita
kasus H5N1 yang sudah ter-konfirmasi laboratorik.
d.
Upaya
Pencegahan dan Penanggulangan
1)
Primer
Pencegahan primer adalah pencegahan
yang dilakukan pada orang-orang yang
berisiko terjangkit flu burung, dapat dilakukan dengan cara:
a)
Melakukan promosi kesehatan (promkes) terhadap
masyarakat luas, terutama mereka yang berisiko terjangkit flu burung seperti
peternak unggas.
b)
Melakukan biosekuriti yaitu upaya untuk menghindari
terjadinya kontak antara hewan dengan mikroorganisme yang dalam hal ini adalah
virus flu burung.
c)
Melakukan vaksinasi terhadap hewan ternak untuk
meningkatkan kekebalannya. Vaksinasi dilakukan dengan menggunakan HPAI (H5H2)
inaktif dan vaksin rekombinan cacar ayam atau fowlpox dengan
memasukan gen virus avian influenza H5 ke dalam virus cacar.
d)
Menjauhkan kandang ternak unggas dengan tempat
tinggal.
e)
Menggunakan alat pelindung diri seperti masker, topi,
baju lengan panjang, celana panjang dan sepatu boot saat memasuki kawasan
peternakan.
f)
Memasak dengan matang daging sebelum dikonsumsi. Hal
ini bertujuan untuk membunuh virus yang terdapat dalam daging ayam, karena dari
hasil penelitian virus flu burung mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit.
g)
Melakukan pemusnahan hewan secara
massal pada peternakan yang positif ditemukan virus flu burung pada ternak
dalam jumlah yang banyak.
h)
Melakukan karantina terhadap orang-orang yang
dicurigai maupun sedang positif terjangkit flu burung.
i)
Melakukan surveilans dan monitoring yang bertujuan
untuk mengumpulkan laporan mengenai morbilitas dan mortalitas, laporan
penyidikan lapangan, isolasi dan identifikasi agen infeksi oleh laboratorium,
efektifitas vaksinasi dalam populasi, serta data lain yang gayut untuk kajian
epidemiologi.
2)
Sekunder
Pencegahan
sekunder adalah pencegahan yang dilakukan dengan tujuan untuk mencegah dan
menghambat timbulnya penyakit dengan deteksi dini dan pengobatan tepat. Dengan
melakukan deteksi dini maka penanggulangan penyakit dapat diberikan lebih awal
sehingga mencegah komplikasi, menghambat perjalanannya, serta membatasi
ketidakmampuan yang dapat terjadi. Pencegahan ini dapat dilakukan pada fase
presimptomatis dan fase klinis. Pada flu burung pencegahan sekunder dilakukan
dengan melakukan screening yaitu upaya untuk menemukan penyakit secara aktif pada orang yang belum
menunjukkan gejala klinis. Screening terhadap flu burung misalnya dilakukan
pada bandara dengan memasang alat detektor panas tubuh sehingga orang yang
dicurigai terjangkit flu burung bias segera diobati dan dikarantina sehingga
tidak menular pada orang lain.
3)
Tersier
Pencegahan
tersier adalah segala usaha yang dilakukan untuk membatasi ketidakmampuan. Pada
flu burung upaya pencegahan tersier yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan pengobatan intensif dan rehabilitasi.
Pengobatan penderita flu burung
disarankan sebagai berikut:
a)
Oksigenasi jika terjadi sesak nafas.
b)
Pemberian cairan parental jika terjadi dehidrasi
c)
Pemberian obat antivirus oseltamivir 75mg dosis
tunggal selama 7 hari
d)
Penderita mendapat terapi suportif: nutrisi dengan
gizi cukup baik sehingga daya tahan tubuh meningkat.
Upaya penanggulangan bagi penderita
flu burung:
a)
Oksigenasi bila terdapat sesak nafas.
b)
Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus)
c)
Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis
tunggal selama 7 hari.
d)
Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin
dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari
dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali
sehari.
e.
Gambaran
Epidemiologi
1)
Distribusi
a) Menurut
Orang
Flu burung merupakan penyakit yang
menyerang manusia dan hewan. Adapun orang yang mempunyai risiko besar
untuk terserang flu burung (H5N1) ini adalah pekerja peternakan, penjual, dan
penjamah unggas.
b) Menurut
Waktu
Flu burung yang berbahaya dapat
berjangkit sepanjang tahun, lebih-lebih pada musim dingin dan musim semi.
c) Menurut
Tempat
Tempat-tempat yang berisiko terpapar
virus H5N1 adalah tempat-tempat peternakan dan kebun binatang.
2)
Frekuensi
Penyakit flu
burung merupakan penyakit menular yang disebabkan virus influenza yang dapat
menyerang manusia dan hewan. Pada manusia penyakit ini dapat menyerang pada
semua umur, baik anak-anak,remaja dan orang tua. Sedangkan pada hewan dapat
menyerang unggas. Kasus penyakit ini meningkat cepat dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2003 tercatat terdapat 4 kasus, kemudian berkembang
menjadi 46 kasus (2004), 97 kasus (2005), 116 kasus (2006), dan pada tahun 2007
pertanggal 15 juni sudah dilaporkan terjadi 50 kasus dengan angka kematian 60%.
Negara yang terjangkit sebagian besar adalah negara-negara di asia (thailand,
vietnam, kamboja, china, dan indonesia), tetapi saat ini telah menyebar ke irak
dan turki.
3) Determinan
a) Host
Host
sendiri merupakan adalah organisme tempat hidup agent tertentu yang dalam suatu
keadaan menimbulkan penyakit pada organisme tersebut. Jika membicarakan masalah
penyakit flu burung pada manusia maka host yang dimaksud adalah manusia. Faktor
intristik pada flu burung diantaranya kekebalan tubuh (imunitas) dan pola pikir
seseorang. Flu burung sebenarnya tidak mudah menular dari hewan yang telah
terinfeksi, namun jalan untuk penularan itu akan semakin mudah apabila
seseorang itu berada dalam kondisi yang lemah dan tidak memiliki system imun
yang baik, begitu pula dengan pola pikir orang yang masih tidak percaya dan
terkesan meremehkan bahaya penyakit ini.
b) Agent
Virus
penyebab flu burung tergolong family orthomyxoviridae. Virus terdiri atas 3
tipe antigenik yang berbeda, yaitu A, B, dan C. Virus influenza A bisa terdapat
pada unggas, manusia, babi, kuda, dan kadang-kadang mamalia yang lain, misalnya
cerpelai, anjing laut, dan ikan paus. Namun, sebenarnya horpes alamiahnya
adalah unggas liar. Sebaliknya, virus influenza B dan C hanya ditemukan pada
manusia. Penyakit flu burung yang disebut pula avian influenza disebabkan oleh
virus influenza A. Virus ini merupakan virus RNA dan mempunyai aktivitas
haemaglutinin (HA) dan neurominidase (NA).
c) Environment
Faktor lingkungan
ini dibagi menjadi tiga:
-
Lingkungan
Biologis. Faktor lingkungan biologis pada penyakit flu burung yaitu agent.
Agent merupakan sesuatu yang merupakan sumber terjadinya penyakit yang dalam
hal ini adalah virus aviant influenza (H5N1). Sifat virus ini adalah mampu
menular melalui udara dan mudah bermutasi. Daerah yang diserang oleh virus ini
adalah organ pernafasan dalam, hal itulah yang membuat angka kematian akibat
penyakit ini sangat tinggi.
-
Lingkungan
Fisik. Pada suhu lingkungan yang tidak optimal baik suhu yang terlalu tinggi
maupun terlalu rendah akan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh seseorang pada
saat itu sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap mudah tidaknya
virus menjangkiti seseorang. Faktor musim pada penyakit flu burung terjadi
karena adanya faktor kebiasaan burung untuk bermigrasi ke daerah yang lebih
hangat pada saat musim dingin. Faktor tempat tinggal pada penyakit flu burung
misalnya apakah tempat tinggal seseorang dekat dengan peternakan unggas atau
tidak.
-
Lingkungan
sosial. Faktor lingkungan sosial meliputi kebiasaan sosial, norma serta hukum
yang membuat seseorang berisiko untuk tertular penyakit. Misalnya kebiasaan
masyarakat Bali yang menggunakan daging mentah yang belum dimasak terlebih
dahulu untuk dijadikan sebagai makanan tradisional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar