PENYAKIT
MENULAR
(ETIOLOGI,
PENULARAN, DIAGNOSIS, PENCEGAHAN, PENANGGULANGAN, GAMBARAN EPIDEMIOLOGI)
PENYAKIT POLIO
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV), masuk
ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus.
a.
Etiologi
Penyebab penyakit polio
adalah poliovirus (PV). Virus ini masuk melalui mulut dan hidung, kemudian berkembangbiak
di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan. Virus ini dapat memasuki aliran
darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan (paralisis).
b.
Cara
Penularan
Infeksi terjadi melalui makanan atau minuman yang tercemar bahan
infektif yang mengandung virus polio. Manusia penderita merupakan satu-satunya
sumber penularan bagi orang lain, terutama karier
polio yang sulit dideteksi yang dapat menularkan virus melalui kontak
langsung.
c.
Diagnosa
Penyakit polio dapat di diagnosa dengan 3 cara yaitu:
1)
Viral
Isolation. Poliovirus dapat di deteksi dari faring pada seseorang yang di duga
terkena penyakit polio. Pengisolasian virus di ambil dari cairan cerebrospinal
adalah diagnositik yang jarang mendapatkan hasil yang akurat. Jika polio virus
terisolasi dari seorang dengan kelumpuhan yang akut, orang tersebut harus di
uji lebih lanjut menggunakan uji oligonucleotide atau pemetaan gonomic untuk
menentukan apakah virus polio tersebut bersifat ganas atau lemah.
2)
Uji
serology. Uji serology di lakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita.
Jika pada darah di temukan zat anti body polio maka di diagnosis bahwa orang
tersebut terkena polio adalah benar. Akan tetapi zat antibody tersebut tampak
netral dapat menjadi aktif pada saat pasien tersebut sakit.
3)
Cerebrospinal
Fluid (CSF). CSF di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat peningkatan
jumlah sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel limfositnya.
Dan kehilangan protein sebanyak 40-50 mg/100 ml (Paul,2004)
d.
Upaya
Pencegahan dan Penanggulangan
1)
Primer
Pencegahan primer pada penyakit polio yaitu:
a)
Melakukan
cakupan imunisasi yang tinggi dan menyeluruh
b)
Pekan
Imunisasi Nasional yang telah dilakukan Depkes tahun 1995, 1996, dan 1997.
Pemberian imunisasi polio yang sesuai dengan rekomendasi WHO adalah diberikan
sejak lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang usia
1½ tahun, 5 tahun, dan usia 15 tahun.
c)
Survailance
Acute Flaccid Paralysis atau penemuan penderita yang dicurigai lumpuh layuh
pada usia di bawah 15 tahun harus diperiksa tinjanya untuk memastikan karena
polio atau bukan.
d) Melakukan Mopping Up, artinya
pemberian vaksinasi massal di daerah yang ditemukan penderita polio terhadap
anak di bawah 5 tahun tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya.
2)
Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya
pencegahan pada fase penyakit asimtomatis, tepatnya pada tahap preklinis,
terhadap timbulnya gejala-gejala penyakit secara klinis melalui deteksi dini
(early detection). Jika deteksi tidak dilakukan dini dan terapi tidak
diberikan segera maka akan terjadi gejala klinis yang merugikan. Deteksi
dini penyakit sering disebut “skrining”. Skrining adalah identifikasi yang
menduga adanya penyakit atau kecacatan yang belum diketahui dengan menerapkan
suatu tes, pemeriksaan, atau prosedur lainnya, yang dapat dilakukan dengan
cepat. Tes skrining memilah orang-orang yang tampaknya mengalami penyakit dari
orang-orang yang tampaknya tidak mengalami penyakit. Tes skrining tidak
dimaksudkan sebagai diagnostik. Orang-orang yang ditemukan positif atau
mencurigakan dirujuk ke dokter untuk penentuan diagnosis dan pemberian
pengobatan yang diperlukan (Last, 2001). Pencegahan sekunder pada penyakit
polio sampai sekarang belum ditemukan cara atau metode yang paling tepat.
Sedangkan penggunaan vaksin yang ada hanya untuk mencegah dan mengurangi rasa
sakit pada penderita.
3)
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya
pencegahan progresi penyakit ke arah berbagai akibat penyakit
yang lebih buruk, dengan tujuan memperbaiki kualitas hidup pasien.
Pencegahan tersier biasanya dilakukan oleh para dokter dan sejumlah profesi
kesehatan lainnya (misalnya, fisioterapis). Pencegahan tersier pada penyakit
polio dilakukan dengan beristirahat dan menempatkan pasien ke tempat tidur,
memungkinkan anggota badan yang terkena harus benar-benar nyaman. Jika organ
pernapasan terkena, alat pernapasan terapi fisik mungkin diperlukan. Jika
kelumpuhan atau kelemahan berhubung pernapasan diperlukan perawatan intensif.
Upaya penanggulangannya yaitu dengan
cara mopping-up yaitu vaksinasi masal di daerah yang ditemukan penderita polio
terhadap anak usia di bawah lima tahun tanpa melihat status imunisasi polio
sebelumnya.
e.
Gambaran
Epidemiologi
1)
Distribusi
a)
Menurut Orang
Polio masih merupakan
penyakit yang menyerang bayi dan anak-anak. 70-80 % penderita polio berusia
dibawah 3 tahun, dan 80-90 % berusia dibawah 5 tahun. Mereka yang mempunyai
resiko tinggi tertulari adalah kelompok rentan seperti kelompok-kelompok yang
menolak imunisasi, kelompok minoritas, para migran musiman, anak-anak yang
tidak terdaftar, kaum nomaden, pengungsi dan masyarakat miskin Perkotaan.
b)
Menurut waktu
Virus ini dapat hidup
di wilayah tropis dan ditemukan sepanjang tahun. Di daerah yang beriklim
sedang, virus ini dapat dideteksi pada musim hujan. Penyakit polio umumnya
terjadi pada musim tertentu dari musim hujan ke musim panas dan sebaliknya. Di
daerah endemis kasus polio muncul secara sporadis ataupun dalam bentuk KLB.
Jurnlah penderita meningkat pada akhir musim panas dan pada saat musim gugur di
daerah beriklim dingin.
c)
Menurut tempat
Penyakit ini biasanya
muncul di daerah-daerah yang memiliki sanitasi jelek, lingkungan yang tercemar
oleh tinja, keadaan daerah yang kekurangan akan air bersih, dan daerah yang memiliki kepadatan
penduduk yang tinggi.
2)
Frekuensi
Frekuensi penyakit polio di Indonensia berdasarkan data
hasil surveilens yaitu:
a)
Tahun
2005 tercatat 303 kasus polio liar. Di Jawa kasus ditemukan di Kec. Cidahu,
Kab. Sukabumi, kemudian menyebar cepat ke 4 provinsi lain yaitu Banten (147
kasus), Jawa Tengah (2 kasus), DKI Jakarta (3 kasus), Lampung (10 kasus), dan
Jawa barat sendiri (57 kasus).
b)
Tahun
2006 tercatat 2 kasus polio liar. Kaksus terkhir terjadi di Bondiwoso (Jawa
Timur) tercatat 1 kasus. Dan Kab. Aceh tenggara tercatat 1 kasus.
c)
1
dari 200 orang yang terjangkiti polio mengalami kelumpuhan permanent. Diantara
yang lumpuh ini, 5-10 % meninggal dunia ketika otot-otot pernafasannya
dilumpuhkan virus polio.
d) Insiden polio berkisar 4-8/100.000
penduduk.
e)
Paralytic
rate pada golongan 0-14 tahun : 2-3/1.000 penduduk.
3)
Determinan
a)
Host
Virus polio dapat menyerang semua golongan usia dengan
tingkat kelumpuhan yang bervariasi. Penyakit ini dapat menyerang pada semua
kelompok umur, namun yang peling rentan adalah kelompok umur kurang dari 3
tahun.
b)
Agent
Polio disebabkan oleh virus. Virus polio termasuk genus
enterovirus. Terdapat tiga tipe yaitu tipe 1,2, dan 3. Ketiga virus tersebut
bisa menyebabkan kelumpuhan. Tipe 1 adalah tipe yang paling mudah di isolasi, diikuti
tipe 3, sedangkan tipe 2 paling jarang diisolasi. Tipe yang sering menyebabkan
wabah adalah tipe 1, sedangkan kasus yang dihubungkan dengan vaksin yang disebabkan
oleh tipe 2 dan tipe 3.
c)
Environment/ Lingkungan
Anak
yang tinggal di daerah kumuh mempunyai antibodi terhadap ketiga tipe virus
polio. Sedangkan anak yang tinggal di daerah yang tidak kumuh hanya 53%
anak yang mempunyai antibodi terhadap ketiga virus polio. Dapat disimpulkan
bahwa anak yang tinggal di daerah kumuh "Herd Immunity"nya lebih
tinggi dibandingkan dengan anak yang tinggal di daerah yang tidak kumuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar