TUGAS II KIA
ü Kelompok umur bayi, balita, batita, baduta, anak-anak, remaja,
dewasa dan lansia.
Masa Bayi : 0-11 bulan
Masa Baduta (bawah dua tahun) : 0-2 tahun (< 2 tahun)
Masa Batita (bawah tiga tahun) : 0-3 tahun (< 3 tahun)
Masa Balita : 0-5 tahun
(< 5 tahun)
Masa Kanak-kanak : 5-11 tahun
Masa Remaja Awal : 12-16 tahun
Masa Remaja Akhir : 17-25 tahun
Masa Dewasa Awal : 26-35 tahun
Masa Dewasa Akhir : 36-45 tahun
Masa Lansia
Awal : 46-55 tahun
Masa Lansia
Akhir : 56-65 tahun
Masa Manula : 65 tahun ke
atas
ü Imunisasi Wajib Pada Bayi: Imunisasi BCG, Polio I, II, III, Campak, DPT I, II, III, dan
Hepatitis serta kepanjangan dari BCG dan DPT
a.
Imunisasi BCG
BCG adalah singkatan dari Basillus Calmatto
Guenin. Bertujuan mencegah penyakit TB (tuberkulosis). Bisa diberikan sejak
bayi baru lahir, namun paling efektif saat bayi usia 1-2 bulan. Imunisasi BCG
diberikan sekali dan tak perlu diulang (kecuali kalau gagal), antibodi akan
terus ada seumur hidup. Diberikan dengan cara disuntikkan menyusur kulit,
umumnya di lengan kanan atas. Satu-dua bulan setelah disuntik terdapat luka
kecil yang tak jarang hingga bernanah. Jangan khawatir karena itu merupakan
tanda pemberian imunisasi BCG berhasil, selain munculnya benjolan kecil.
Apabila tak muncul benjolan, imunisasi harus diulang sebelum anak berusia 1
tahun.
Selain karena cara penyuntikan yang salah,
imunisasi bisa gagal (tidak jadi) lantaran daya tahan tubuh anak kurang bagus atau
anak kurang gizi. Tubuh anak yang kurang gizi atau daya tahannya tidak bagus,
tidak akan mampu membuat zat-zat tertentu yang dibutuhkan untuk membuat zat
anti. Umumnya imunisasi BCG tidak menyebabkan efek samping, yang terjadi adalah
pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya akan
sembuh sendiri.
b.
Imunisasi
Hepatitis B
Bertujuan
mencegah kerusakan hati. Diberikan sebanyak 3 kali, suntikan pertama pada 12
jam setelah kelahiran, suntikan kedua saat usia 1 bulan, suntikan ketiga di
usia 6 bulan. Pada anak, suntikan diberikan intramuskuler di lengan, sementara
pada bayi lewat anterolateral paha. Bila ibu terbukti mengidap hepatitis B,
diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobulin anti hepatitis B sebelum 24
jam, selanjutnya bayi mendapat imunisasi hepatitis B pada 24 jam setelah lahir,
jadwal berikutnya sama dengan anak lain.
Meski sangat
jarang, pada beberapa anak mungkin akan muncul keluhan nyeri di bekas suntikan
yang disertai demam ringan. Jangan khawatir karena reaksi ini akan hilang
dengan sendirinya dalam waktu 1-2 hari. Imunisasi ini tidak dapat diberikan
pada anak yang sedang sakit berat. Pada ibu hamil, imunisasi ini bisa diberikan
dengan keuntungan ganda, selain melindungi ibu, juga melindungi janin selama
dalam kandungan maupun bayi sampai beberapa bulan setelah lahir.
c. Imunisasi DPT
DPT adalah singkatan dari Difteri, Pertusis dan Tetanus. Bertujuan
mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus (DPT). Imunisasi ini diberikan
sebanyak 5 kali. DPT I sampai III harus diberikan sebelum bayi berusia setahun,
umumnya di usia 2 bulan (DPT I), usia 4 bulan (DPT II), dan usia 6 bulan (DPT
III). Berikutnya, DPT IV diberikan di usia 18 bulan dan DPT V di usia 5 tahun.
Kemudian, di usia 12 tahun, anak bisa mendapat suntikan TT (Tetanus Toksoid).
Setelah
imunisasi DPT, reaksi yang umum terjadi, anak akan merasa tangan/kaki pegal,
kelelahan, kurang nafsu makan, muntah, rewel, dan demam. Ada yang demamnya
biasa, namun pada beberapa anak muncul demam tinggi (37,5°C-40°C). Orangtua tak
perlu khawatir karena demam ini akan turun dalam waktu 1-2 hari setelah
diberikan obat penurun demam. Akan tetapi, kalau setelah 2 hari tak kunjung
turun atau anak mempunyai riwayat kejang, segera bawa ke dokter. Bisa juga
memilih menggunakan vaksin DPT asesuler dengan dampak efek samping demam lebih
minimal, terutama bagi yang punya riwayat kejang. Imunisasi DPT tidak boleh
diberikan pada anak dengan riwayat epilepsi.
d. Imunisasi Polio
Sesuai dengan
namanya, imunisasi polio bertujuan mencegah penyakit polio. Imunisasi polio
diberikan dengan cara suntikan (Inactived Poliomyelitis Vaccien/IPV) atau
melalui mulut (Oral Poliomyelitis Vaccien/OPV). Khusus untuk di Indonesia,
imunisasi polio hanya diberikan dengan cara oral. Imunisasi polio diberikan 6
kali; pertama diberikan saat lahir, selanjutnya di usia 2, 4, dan 6 bulan.
Selepas usia bayi, diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Biasanya diberikan
berbarengan dengan imunisasi DPT.
Meskipun
jarang muncul efek samping, tetapi pada beberapa anak ada yang mengalami
Paralitik Poliomyelitis (Vaccine Associated Paralytic Poliomyelitis/VAPP) yaitu
lumpuh layuh akut yang terjadi pada 4-40 hari setelah diberikan vaksin OPV.
Saat ini telah tersedia vaksin polio inaktif (IPV), berupa suntikan mengandung
virus polio yang dimatikan, sehingga aman diberikan tanpa ada risiko lumpuh
layuh (VAPP). Bahkan, boleh diberikan pada anak dengan gangguan sistem
kekebalan tubuh (immunocompromize) sekalipun.
Imunisasi
polio OPV berupa virus hidup tidak boleh diberikan bila anak dalam keadaan
demam (38,5°C), ada penyakit akut, muntah, diare, sedang menerima pengobatan
kortikosteroid, pengobatan radiasi umum, penyakit kanker/keganasan, penderita
HIV/AIDS. Intinya, imunisasi polio aman diberikan, belum ada dalam literatur
anak yang meninggal karena imunisasi polio.
e. Imunisasi Campak
Bertujuan
mencegah penyakit campak, diberikan 2 kali pada usia 9 bulan dan 6 tahun.
Penentuan usia 9 bulan berdasar pertimbangan di usia tersebut antibodi dari ibu
sudah menurun. Bila sampai usia 12 bulan anak belum mendapat imunisasi campak,
maka direkomendasikan untuk mendapat imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella).
Bila anak
sudah pernah terkena campak, tubuh akan membentuk antibodi secara alami
sehingga kecil kemungkinan akan terpapar lagi. Campak hanya akan menyerang
sekali seumur hidup, kalau ada yang mengatakan berulang, bisa jadi diagnosis
sebelumnya kurang tepat. Karenanya anak yang sudah pernah terkena campak tak
perlu diimunisasi lagi. Bahkan, imunisasi MMR untuk anak usia 6 tahun
mensyaratkan belum pernah terkena campak sebelumnya; kalau sudah, tidak perlu
diberikan.
Umumnya tidak ada efek samping yang
ditimbulkan dari imunisasi ini, namun pada beberapa anak muncul reaksi demam
atau diare. Biasanya demam ringan satu minggu setelah imunisasi dan akan hilang
setelah 1-2 hari. Kadang ada juga efek kemerahan selama 3 hari, mulai hari ke-7
setelah imunisasi. Bercak kemerahan ini seperti campak tapi jauh lebih ringan.
Untuk mengatasi reaksi tersebut bisa dengan banyak minum, memakai baju yang
tipis atau minum obat turun panas.
Sumber:
http://pangeranayahbunda.blogspot.com/2013/04/pengertian-umur-dan-kategorimenurut.html
http://www.tabloid-nakita.com/read/1107/imunisasi-wajib
http://fuadbahsin.wordpress.com/2008/12/25/5-imunisasi-dasar/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar